Jaringan Internet Pondok Pesantren, Masjid & Madrasah.
5 minute read
Sesuatu yang ambisius, ber-idealisme tinggi
& hampir mustahil membangun jaringan pesantren, masjid & madrasah di
Indonesia. Apalagi jika dilakukan secara swadaya masyarakat tanpa utang ke Bank
Dunia, ADB & IMF. Ternyata sesuatu yang beridealisme tinggi & mustahil
ini dilakoni secara serius oleh rekan-rekan Pusat Teknologi Tepat Guna yang di
singkat PUSTENA dari Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung ITB dengan
markas virtual di pustena@tpb.itb.ac.id. PUSTENA SALMAN ITB telah 2-3 tahun
belakangan ini turun ke daerah khususnya di sekitar Bandung untuk mencoba
membangun Jaringan Pondok Pesantren.
Agak berbeda dengan mahasiswa lain yang
lebih suka ber-advokasi / demonstrasi, rekan mahasiswa PUSTENA SALMAN ITB –
tanpa banyak bicara turun ke lapangan membantu pondok pesantren di sekitarnya.
Diantara mereka motor penggerak yang
cukup aktif adalah Arief Wiryanto (arief@isnet.itb.ac.id) dan Soni Setia
Nugraha (soni@plank.fi.itb.ac.id) yang kedua-nya sekarang sudah meraih gelar
sarjana S1 ITB dan sampai sekarang masih konsisten untuk meluangkan sebagian
waktunya untuk membantu pondok pesantren.
Soni termasuk aktif turun ke pondok
pesantren di sekitar Garut & Pangalengan. Awalnya barangkali sederhana
sekali – Soni dkk melihat kenyataan banyak santri di pondok-pondok tersebut
ternyata harus mampu meng-hidup-i diri mereka sendiri (terutama jika orang
tuanya kurang mampu) apakah itu dengan bercocok tanam, berkebun, memelihara
ikan di kolam membuat kerajinan tangan dll. Selama ini pondok-pondok tersebut
dan santri-nya harus tergantung pada para tengkulak untuk menjual hasil bumi /
perternakan / perikanan-nya. Akibatnya harga di pihak petani / santri menjadi
sangat kecil. Begitulah kenyataan yang menyedihkan yang ada di daerah.
Pondok umumnya mempunyai lahan binaan yang
cukup luas bahkan ada yang mempunyai lahan 100 hektar. Memang pengetahuan
bercocok tanam maupun pengetahuan pasar sangat minim, sampai-sampai pengurus
pondok ada yang pernah bertanya pada Soni dkk kira-kira bunyinya “Nak Soni ini
ada lahan - tolong beritahu kami, sebaiknya menanam apa hari ini supaya bisa
untung?”. Pertanyaan yang sederhana memang, tapi sulit menjawabnya – karena
dibutuhkan pengetahuan pertanian yang mendalam. Soni dkk bahkan sempat membantu
beberapa pondok untuk berternak ikan Lele karena pangsa pasar Lele ternyata
cukup besar di kota Bandung.
Karena adanya perbedaan jarak yang cukup
jauh antara pondok dengan rekan-rekan PUSTENA SALMAN ITB, selama itu komunikasi
dilakukan melalui SLJJ & FAX sehingga sangat memakan biaya. Akibatnya mulai
timbulah ide untuk mencoba menggantikan SLJJ & FAX menggunakan fasilitas
Internet yaitu e-mail. Jadi Internet sebetulnya digunakan untuk membuat proses
komunikasi menjadi lebih murah (atau tepatnya - jauh lebih murah lagi).
Awal-nya Soni dkk mencoba menggunakan teknologi packet radio, ternyata tidak
mudah juga. Setelah sarasehan dengan para ajengan di tasikmalaya bulan Oktober
1999 yang lalu yang di prakarsai oleh Mba Leonie (mccool@bdg.centrin.net.id)
mahasiswi S2 Studi Pembangunan ITB, tampaknya teknologi warung internet yang
memungkinkan iuran secara bersama yang murah menjadi sebuah alternatif yang
menarik untuk di implementasi di pondok-pondok karena dapat mengembalikan modal
investasi warung internet dengan pasti.
Transaksi / interaksi yang dilakukan di
tingkat pesantren ini cukup banyak, baik yang sifatnya untuk kepentingan
pengetahuan maupun transaksi “dagang” untuk dapat hidup. Jangan berfikir pondok
menggunakan e-commerce seperti Amazon.com, wah itu masih jauh dari impian.
Internet digunakan hanya sebagai pengganti SLJJ & FAX dalam proses
transaksi “dagang”. Jadi tetap kepercayaan & tali silaturahmi yang erat di
pegang di antara orang / pelaku transaksi. Dan ini relatif cukup berhasil,
artinya ya karena Internet lebih murah ya akhirnya dipakai untuk menggantikan
FAX & SLJJ yang lebih mahal – sesederhana itu pola yang digunakan.
Untuk memfasilitasi proses transaksi
“dagang”dari pondok pesantren supaya pondok dapat hidup. Arief , Soni dkk sejak
1-2 tahun yang lalu telah membangun fasilitas diskusi di Internet di lokasi
virtual wong-cilik@isnet.itb.ac.id. Kebetulan anggotanya bukan hanya sekedar
dari dunia pesantren tapi juga dari berbagai pihak terutama yang berkaitan
dengan dunia Agribisnis.
Dari pengalaman saya berinteraksi dengan
para Ajengan di Pondok Pesantren khususnya di kesempatan sarahsehan di
Tasikmalaya, umumnya para Ajengan tahu bahwa ada dunia maya / dunia informasi
Internet. Terima kasih, media massa cukup berhasil dalam meng-edukasi bangsa
Indonesia dalam hal ini. Memang sebagian belum pernah melihat bentuk Internet
itu seperti apa. Peralatan apa saja yang dibutuhkan. Walaupun di pondok umumnya
ada komputer & telepon, umumnya para ajengan masih kurang mengetahui
bagaimana menyambungkan modem ke komputer dan telepon agar dapat masuk ke dunia
maya – sesederhana itu. Kesenjangan teknologi ini juga kemudian mendorong
kelompok seperti Computer Network Research Group (CNRG) ITB menulis berbagai
artikel & buku-buku seperti TCP/IP & Teknologi Warung Internet untuk
memberdayakan bangsa di bidang teknologi informasi.
Selanjutnya mungkin kita ingin melihat
Internet sebagai media tranfer ilmu pengetahuan. Nah hambatan apa yang mungkin
akan di hadapi di pondok? Kebanyakan pondok pesantren sifatnya konservatif,
artinya segala sesuatu harus melalui Pak Kiai / Ajengan pondok tersebut.
Bayangkan kalau Internet masuk ke pondok untuk memberdayakan santri – tentunya
ada pola belajar mengajar yang tradisional yang bergeser. Walaupun banyak
pondok pesantren konservatif, tampaknya saat ini ada beberapa Ajengan di Pondok
Pesantren yang progresif & kebetulan saya mengenal di antara-nya adalah KH.
Asep A. Maoshul Affandy (m-huda@tasikmalaya.wasantara.net.id) dari Pesantren
Miftahul Huda, Manonjaya Tasikmalaya yang sangat aktif berkomunikasi melalui
e-mail di Internet dan mempunyai wawasan yang terbuka untuk kemajuan. Tentunya
harapan kita semua agar proses keterbukaan ini terus berkembang di pondok
pesantren maupun di Indonesia pada umumnya untuk kemajuan bangsa ini.
Saat ini, Arief & Soni dkk di dukung
oleh Pusat Dakwah Islam (PUSDAI) Jawa Barat dan rekan-rekan di banyak kota dan
banyak negara sekarang ini membangun media interaksi - Jaringan Informasi Islam
(JII@isnet.itb.ac.id) sebagai forum komunikasi para pendukung jaringan
informasi islam. Contohnya rekan Rurun Karma rkarma@aol.com di Amerika Serikat
aktifis Indonesian Muslim Community in New York (INMUCONY) yang anggota mailing
list JII aktif mengumpulkan bantuan PC yang tidak terpakai untuk di sebarkan di
pondok pesantren di Indonesia.
Salah satu kegiatan pertemuan yang paling
dekat di akhir bulan Desember 1999 yang juga berkaitan dengan pembangunan
jaringan informasi islam / masjid akan dilakukan adalah di Purwokerto dalam
kerangka membangun jaringan informasi masjid dan di organize oleh Pak Nurul
Hidayat (nurul@puskom.unsoed.ac.id) yang juga aktif di Pusat Komputer UNSOED,
Purwokerto. Konsep bagaimana me-manage pengetahuan diantara masjid / pondok
pesantren yang prototipe-nya di kembangkan di Masjid Salman ITB oleh
rekan-rekan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB dengan markas
virtual di digilib@itb.ac.id yang dimotori oleh Ir. Ismail Fahmi
(ismal@itb.ac.id) Insya Allah akan dicoba di ketengahkan pada kesempatan
tersebut selain jaringan informasi islam.
Memang semua masih sangat dini – tapi
proses ini bukan sebuah proses yang dapat di bendung dan terus berjalan secara
konsisten selama 1-2 tahun belakangan. Yang perlu di catat semua-nya praktis
swadaya masyarakat, tanpa utangan Bank Dunia, ADB & IMF. Dengan pembangunan
pola ini bukan mustahil akar kemajuan bangsa Indonesia akan menjadi lebih kuat
lagi dengan semakin berdayanya bangsa kita yang berada di daerah-daerah melalui
percepatan proses pendidikan di tingkat pondok pesantren – tanpa harus
memberikan beban utang & dosa ke generasi mendatang. [Onno W. Purbo] Sumber :
Posting Komentar