Membongkar Jejak Digital: Kisah Doktor Enha dan Fondasi Internet Indonesia

20.33.23


Indonesia
- Sejenak melintasi lorong waktu ke era awal perkembangan internet di Indonesia, kita akan menemukan sebuah nama yang tak terpisahkan dari narasi penting ini: Dr. H. Ir. Nurul Hidayat, S.Pt., M.Kom. Sosok yang akrab disapa Doktor Enha ini, dosen Jurusan Informatika Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan kini menjabat Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FT Unsoed, adalah salah satu arsitek sekaligus pelaku sejarah krusial dalam pembangunan pondasi digital negeri ini.

Keistimewaan dan kontribusi Doktor Enha dalam dunia teknologi informasi nasional telah diakui secara luas. Bahkan, Onno Widodo Purbo, pakar dan profesor terkemuka dari ITB, menempatkan Nurul Hidayat dalam daftar istimewa. Dalam publikasi Onno Center (yang dapat diakses melalui https://lms.onnocenter.or.id/wiki/index.php/Pelaku_Sejarah_Internet_Indonesia), nama Doktor Enha bersanding dengan 38 tokoh lain yang perannya sangat vital dalam memajukan internet di Indonesia. Kontribusinya terwujud melalui dua pilar utama: Jaringan Informasi Islam (JII) dan Jaringan Informasi Sekolah (JIS). Kedua inisiatif ini bukan sekadar program biasa; mereka adalah tulang punggung yang menyediakan akses internet dan layanan berbasis daring di berbagai sektor vital di seluruh penjuru tanah air.

Di tengah era awal perkembangan internet di Indonesia, ketika koneksi digital masih terbatas dan teknologi informasi belum semasif hari ini, sekelompok mahasiswa pascasarjana memiliki visi besar: menghadirkan dakwah Islam dalam ruang digital yang positif dan mencerahkan.

Salah satu tokoh di balik gerakan itu adalah Dr. Ir. Nurul Hidayat, S.Pt., M.Kom., yang saat itu tengah menempuh studi S2 Ilmu Komputer di Universitas Gadjah Mada (UGM). Bersama rekan-rekan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk ITB dan kampus-kampus besar lainnya di Indonesia, ia turut menggagas dan mengembangkan sebuah platform digital bernama Jaringan Informasi Islam (JII).

JII lahir dari keresahan akan minimnya akses informasi keislaman yang moderat, mendalam, dan berbasis akademik di ruang maya. Maka dibangunlah sebuah jaringan informasi yang menyajikan konten Islami mulai dari artikel keilmuan, tanya jawab agama, hingga tulisan-tulisan reflektif dengan pendekatan yang modern, terbuka, dan menjunjung semangat keilmuan.

Di tengah keterbatasan infrastruktur digital saat itu, Nurul Hidayat mengambil peran penting, tidak hanya dalam sisi teknis pengembangan sistem informasi, tetapi juga dalam membangun kolaborasi antar-kampus, menyusun kurasi konten, dan merancang arsitektur komunikasi digital yang aman dan efisien.

JII menjadi pionir dalam dunia dakwah berbasis teknologi di Indonesia. Ia bukan hanya menjadi tempat bertemunya pemikiran keislaman yang sehat, tetapi juga menjadi ruang belajar dan bertumbuh bagi generasi Muslim muda yang ingin berkontribusi secara nyata di dunia digital.

Kini, pengalaman dan semangat dari masa-masa pengembangan JII itulah yang terus menginspirasi Nurul Hidayat dalam perjalanannya sebagai pendidik, pemikir, dan pegiat literasi teknologi berbasis nilai.," tutur Doktor Enha dengan antusiasme khasnya saat berbincang dengan tim EduTechID di Fakultas Teknik Unsoed pada Rabu, 17 Mei 2025. Perannya dalam JII menunjukkan dedikasi beliau dalam memastikan bahwa internet tidak hanya menjadi kemewahan, tetapi kebutuhan yang dapat diakses oleh semua.

Selain JII, peran Doktor Enha dalam Jaringan Informasi Sekolah (JIS) juga tak kalah monumental. Sebagai salah satu inisiator penting, beliau melihat potensi besar internet dalam dunia pendidikan. JIS lahir dari visi untuk menghubungkan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia ke dalam jaringan internet. "Melalui JIS, akses internet antar sekolah di seluruh Indonesia kini terwujud. Ini sangat membantu meningkatkan pendidikan dan akses informasi bagi siswa di Indonesia," jelasnya. Inisiatif ini telah membuka gerbang pengetahuan yang luas bagi jutaan siswa, mempercepat pemerataan akses informasi, dan secara fundamental mengubah cara belajar-mengajar di lingkungan sekolah. Di awal tahun 2000-an, ketika internet masih menjadi barang mahal dan langka di sekolah-sekolah Indonesia, sekelompok pendidik dan pegiat teknologi di Yogyakarta memimpikan sesuatu yang besar: menghubungkan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dalam satu jaringan berbasis internet.

Dari ruang diskusi sederhana, lahirlah sebuah gerakan bernama Jaringan Informasi Sekolah (JIS) sebuah inisiatif monumental yang bermula di Kota Pelajar, Yogyakarta. Di antara para perintisnya, hadir sosok-sosok inspiratif seperti Pak Bambang dari SMK Negeri 6 Yogyakarta, beberapa guru visioner dari sekolah-sekolah lain, dan tak ketinggalan, Dr. Ir. Nurul Hidayat, S.Pt., M.Kom., atau yang akrab disapa Dr. Enha.

Sebagai salah satu inisiator penting, Dr. Enha melihat dengan jernih bahwa internet bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jembatan ilmu yang dapat menyatukan ribuan sekolah dari Sabang sampai Merauke. Visi beliau sederhana tapi berdampak besar: bagaimana jika sekolah-sekolah bisa saling terhubung, saling berbagi informasi, dan tumbuh bersama melalui teknologi?

Berbekal semangat kolaborasi, tim JIS mulai merancang sistem jaringan sederhana yang mengintegrasikan konten pendidikan, forum diskusi, bahan ajar, hingga portal komunikasi antar-sekolah. Tak hanya bicara soal teknologi, JIS juga mengusung semangat pemberdayaan: melatih guru-guru agar melek digital, mendampingi siswa untuk beradaptasi dengan dunia baru, dan menanamkan nilai-nilai kolaborasi lintas wilayah dan budaya.

Peran Dr. Enha dalam JIS tak sebatas teknis. Ia menjadi penggerak ide, penghubung jejaring, sekaligus mentor bagi banyak guru yang waktu itu masih canggung dengan internet. Ia mempertemukan dunia teknologi dengan semangat pengabdian pendidikan.

 

Tahun 2000 menjadi tonggak bersejarah dalam gerakan literasi digital pemuda Indonesia. Di tengah geliat awal perkembangan internet di tanah air, muncul sebuah gerakan nasional yang digagas oleh pemuda-pemuda visioner dari berbagai daerah: SIP 2000 – Sumpah Internet Pemuda. Gerakan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat penggunaan internet secara sehat, produktif, dan beretika di kalangan generasi muda.

Di Kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai pusat pendidikan dan pergerakan pemuda, kegiatan SIP 2000 mendapat sambutan luar biasa. Di sinilah Dr. Ir. Nurul Hidayat, S.Pt., M.Kom.yang saat itu lebih dikenal sebagai Mas Enha—didapuk sebagai Koordinator Kota Yogyakarta untuk pelaksanaan SIP 2000.

Sebagai Koordinator, Dr. Enha memainkan peran sentral dalam menggerakkan komunitas, menggandeng sekolah-sekolah, LSM, kampus, dan warung internet (warnet) untuk ikut serta dalam deklarasi "Sumpah Internet Pemuda"sebuah komitmen moral untuk menjadikan internet sebagai sarana pembelajaran, kolaborasi, dan pembangunan karakter bangsa.

Kegiatan SIP 2000 di Jogja meliputi:

  • Deklarasi publik Sumpah Internet Pemuda

  • Pelatihan penggunaan internet sehat di sekolah dan warnet

  • Diskusi publik dan seminar tentang etika digital

  • Pelibatan siswa, mahasiswa, guru, dan komunitas IT lokal

Kegiatan ini juga menjadi momentum awal bagi tumbuhnya semangat literasi digital dan inklusi teknologi di Yogyakarta. Di bawah koordinasi Dr. Enha, SIP 2000 Jogja menjadi salah satu pelaksanaan paling aktif dan berdampak secara nasional.

Sumpah Internet Pemuda berbunyi:

"Kami pemuda Indonesia bersumpah, akan menggunakan internet dengan bertanggung jawab, menjunjung tinggi etika, kebenaran, dan persatuan bangsa Indonesia."

Lebih dari sekadar gerakan sesaat, SIP 2000 menjadi cikal bakal lahirnya berbagai komunitas digital di Indonesia yang berfokus pada edukasi, pengembangan konten lokal, dan gerakan digital berbasis nilai.

Hingga kini, semangat SIP 2000 tetap hidup dalam karya dan dedikasi Dr. Enha di dunia teknologi pendidikan, literasi digital, dan pengembangan kapasitas generasi muda Indonesia.

Kini, di tengah era digital yang kian masif, jejak JIS mungkin tak lagi terdengar lantang. Namun, fondasi yang diletakkan oleh para pelopornya termasuk Dr. Enha telah menjadi bagian penting dari sejarah literasi digital pendidikan Indonesia. Sebuah karya sunyi dari Jogja, yang diam-diam ikut membuka jalan bagi transformasi sekolah-sekolah kita.

Melihat ke depan, Doktor Enha tidak lantas berpuas diri. Beliau memiliki tekad kuat untuk terus berinovasi dan berkontribusi. Melalui penguatan JII dan JIS, ia berkomitmen untuk terus memajukan pendidikan di Indonesia, memastikan generasi mendatang siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital yang semakin canggih dan tak terhentikan. Perjalanan Doktor Enha adalah bukti nyata bahwa semangat dan visi seorang individu dapat membentuk masa depan sebuah bangsa. (EduTechId)

Pelaku Sejarah Internet Indonesia

Ada beberapa ciri khas yang dapat di simak dari para pelaku Sejarah Internet Indonesia,

  • Umumnya para pelaku ini aktif melakukan kontribusi dalam skala nasional pada usia 30-45 tahun.
  • Umumnya pemimpin di masyarakat atau lingkungannya. Sebagian merupakan pemimpin informal tanpa kedudukan & jabatan yang formal.
  • Umumnya / kebanyakan mereka adalah rakyat biasa, bukan pejabat / birokrat pemerintah. Kadang kala aktifitas-nya tidak di dukung pemerintah. Lebih sial lagi, kadang kala ada yang di "claim" sebagai keberhasilan oleh pemerintah.

Pelaku Sejarah

Beberapa tokoh dan pelaku Sejarah Internet Indonesia dan kontribusinya adalah: